Foto bersama.

Universitas Baiturrahmah (Unbrah) tengah menginisiasi pendirian beberapa program studi (prodi) baru yang direncanakan untuk memperkuat kualitas akademik dan relevansi pendidikan di masa depan. Langkah ini dilakukan dengan mengundang berbagai pakar nasional untuk memberikan pemahaman dan panduan dalam proses pembentukan prodi baru di kampus ini. Salah satunya , Dr. Bedjo Santoso, S.Si.T. M.Kes, Wakil Direktur Bidang Akademik Poltekkes Semarang, menjadi pembicara utama, memberikan wawasan terkait prosedur dan persyaratan yang harus dipenuhi dalam membentuk program studi baru dalam kegiatan yang dihelat pada Senin 10 Maret 2025 di Ruang Sidang Yayasan Pendidikan Baiturrahmah Padang.

Kegiatan ini dibuka oleh Rektor Unbrah, Prof. Dr. Ir. Musliar Kasim, M.S, dalam penyampaiannya ia menekankan pentingnya komitmen untuk membangun prodi baru yang mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap kebutuhan industri dan masyarakat. Rektor menyatakan bahwa untuk membentuk prodi baru, Unbrah akan melalui serangkaian proses yang dimulai dengan wawancara dosen dan penyusunan borang. Proses ini kemudian akan dihold sampai prodi tersebut mendapatkan izin dari pihak terkait. Setelah prodi disetujui, pengelolaannya akan dilanjutkan dengan proses pengangkatan pegawai atau karyawan yang relevan.

Rektor Unbrah.

Dr. Bedjo Santoso mengungkapkan bahwa dalam pembentukan prodi baru, terdapat beberapa faktor penting yang harus dipenuhi. Salah satunya adalah kualitas sumber daya manusia (SDM) yang akan mengelola dan mengajar di prodi tersebut. Menurutnya, selain kurikulum yang harus disusun dengan baik, syarat utama lainnya adalah kelengkapan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan akademik, termasuk fasilitas laboratorium dan fasilitas pendukung lainnya. Dr. Bedjo juga menekankan bahwa jika SDM yang tersedia tidak memenuhi standar yang ditetapkan, maka prodi tersebut bisa dibatalkan.

Selama presentasi, Dr. Bedjo juga menyebutkan beberapa jenis prodi yang sangat dibutuhkan di era sekarang, termasuk prodi Teknologi Gigi, Sarjana Terapis Gigi dan Mulut, serta program S2 Kesehatan Masyarakat. Ia menjelaskan bahwa meskipun di beberapa daerah sudah ada program D3 Teknologi Gigi, namun masih banyak potensi pasar untuk membuka prodi Sarjana Terapis Gigi yang saat ini belum tersedia di Sumatera Barat. Keberadaan prodi ini nantinya diharapkan mampu memenuhi kebutuhan akan tenaga ahli di bidang kesehatan gigi yang memiliki kompetensi khusus di daerah tersebut.

Dr. Bedjo juga berbagi pengalaman terkait pendirian prodi baru di Poltekkes Semarang, yang sudah berhasil meluncurkan 16 prodi baru, dengan tiga di antaranya telah lolos dan mendapatkan akreditasi. Ia menekankan bahwa pembentukan prodi baru di perguruan tinggi harus mempertimbangkan keseimbangan antara kebutuhan masyarakat dan kesiapan akademik. Oleh karena itu, ia menyarankan agar setiap perguruan tinggi yang hendak membuka prodi baru melakukan studi banding ke kampus-kampus lain yang sudah lebih berpengalaman dalam hal ini.

Salah satu aspek penting yang dibahas adalah persiapan sarana dan prasarana yang memadai, terutama untuk program-program yang membutuhkan fasilitas khusus seperti laboratorium. Menurut Dr. Bedjo jika Unbrah akan membuka prodi Terapis Gigi, misalnya, diperlukan enam laboratorium pendukung yang dapat mendukung pembelajaran dan praktik mahasiswa secara maksimal. Kemudian jika, untuk prodi S2 Kesehatan Masyarakat, universitas juga perlu memastikan bahwa SDM yang tersedia sudah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Kesehatan.

Pentingnya keterlibatan stakeholder eksternal, seperti mitra industri dan lembaga pemerintah, juga menjadi topik utama dalam pembahasan ini. Dr. Bedjo memberikan saran agar setiap prodi baru yang didirikan dapat menjalin kerja sama dengan pihak-pihak terkait melalui Memorandum of Understanding (MoU). Dengan adanya MoU, diharapkan prodi baru tersebut tidak hanya relevan dengan kebutuhan pasar, tetapi juga mendapatkan dukungan yang maksimal dari berbagai pihak untuk pengembangan dan keberlanjutan program tersebut.

Peserta workshop dan sosialisasi

Dalam kesempatan yang sama, Dr. Bedjo juga menyampaikan pentingnya memiliki program studi yang telah terakreditasi dan memiliki standar tinggi. Sebab, kualitas pendidikan sangat bergantung pada akreditasi yang diterima oleh prodi tersebut. Ia menyarankan agar Unbrah lebih selektif dalam memilih prodi yang akan dibuka, dengan mempertimbangkan daya saing dan kebutuhan pasar. Salah satu contoh yang dia sebutkan adalah prodi Rekam Medis, Teknologi Laboratorium Medis, dan Gizi yang kini tengah berkembang pesat di berbagai perguruan tinggi.

Sebagai penutup, Dr. Bedjo mengingatkan agar proses pendirian prodi baru di kampus-kampus tidak dilakukan secara terburu-buru. Setiap keputusan harus dipertimbangkan dengan matang, terutama dalam hal sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta kurikulum yang akan diterapkan. Ia berharap dengan adanya pendirian prodi baru yang berkualitas, Unbrah dapat semakin memperkuat posisinya sebagai salah satu perguruan tinggi unggulan di Indonesia, yang tidak hanya menghasilkan lulusan yang kompeten, tetapi juga mampu berkontribusi positif dalam perkembangan dunia pendidikan dan kesehatan di Indonesia.

Kegiatan diskusi.
Dr. Bedjo Santoso, S.Sit, M.Kes

Dengan semangat dan komitmen untuk terus maju, Unbrah berharap bisa segera mewujudkan prodi-prodi baru yang dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat serta menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tantangan zaman.

Dalam kegiatan ini masing-masing tim persiapan pendirian prodi berdiskusi dengan narasumber khususnya dalam pemahaman dan penyiapan segala aspek sebelum mendirikan prodi.

Menurut rencana Unbrah akan membuka beberapa prodi baru yakni Prodi Diploma Terapis Gigi, ATEM, Prodi Teknologi Gigi, Prodi Fisioterapi, Prodi S2 Kesehatan Masyarakat dan Program Magister Manajemen.