Universitas Baiturrahmah (Unbrah) bersama Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta(Aptisi), dan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) wilayah X menyosialisasikan terkait Penerimaan Mahasiswa Baru, Kuliah Daring dan penerapan Kampus Merdeka lewat dialog yang ditayangkan oleh media televisi nasional TVRI pada Selasa 23 Juni 2020.
Hadir dalam dialog publik itu sebagai narasumber Rektor Unbrah Prof. Dr. Ir. Musliar Kasim, M.S., Kepala LLDikti wilayah X Prof. Dr.Herri, SE, MBA. dan Ketua Aptisi Sumbar H. Herman Nawas.
Dalam pemaparannya yang dipandu host yang berasal dari stasiun tv tersebut, Rektor Unbrah memaparkan beberapa kebijakan yang telah diambil kampus swasta di Sumbar selama tanggap darurat Covid-19 serta persiapan jelang penerimaan mahasiswa baru.
Menurut Rektor, setiap kampus di Sumbar baik negeri atau swasta telah mematuhi protokol Kemendikbud untuk melaksanakan kuliah dalam jaringan atau jarak jauh hingga akhir semester genap ini. Keberlanjutannya akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi pandemi.
Selama pandemi tiga bulan ke belakang kata Rektor, pihaknya bersama kampus lainnya telah memberikan banyak keringanan kepada mahasiswa ada yang memberikan subsidi paket, atau keringanan uang kuliah seperti di Unbrah.
Bahkan di Unbrah untuk uang ujian juga diberikan potongan hingga 15 persen pada semester berikutnya. Tidak hanya kerinhanan, Unbrah juga melakukan antisipasi dan tindakan preventif terkait penyebaran Covid-19 ini.
Seperti adanya Covid-19 Centre yang menunjang tindak tanggap darurat seperti pembuatan APD, Handsanitizer, desinfektan hingga kebijakan penerapan protap kesehatan untuk warga kampus.
Bersamaan dengan hal itu juga pihak kampus di Sumbar tengah menyiapkan kebijakan terperinci terkait penerimaan mahasiswa baru. Meskipun demikian semuanya tetap mengacu pada aturan Kemendikbud semisal penerimaan mahasiswa baru mulai dari daftar, ujian hingga nanti pra kuliah kemungkinan dilaksanakan dengan daring.
Terkait masalah kampus merdeka sebut rektor pihaknya akan segera melaksanakan dalam waktu dekat atau semester ganjil 2020/2021 mendatang. Saat ini pihaknya tengah menginisiasi kerja sama dengan berbagai instansi dan Aptisi untuk menjajaki kemungkinan mahasiswa dapat kuliah tambahan di kampus lain.
Di samping itu terkait magang dan aplikasi dalam masyarakat, Unbrah telah memiliki beberapa program unggulan yang nantinya akan disesuaikan dengan aturan yang ada.
Senada dengan Rektor Kepala LLDikti X Prof Herri menyebutkan sebagian besar kampus telah efektif menyelenggarakan kuliah daring selama pandemi. Bahkan pihaknya telah melakukan survei sederhana terkait pandangan dan kesan akademisi selama melaksanakan kuliah daring, serta respon kepuasan mahasiswa terkait kuliah itu.
Rata-rata dosen dan mahasiswa telah menerima dan beradaptasi baik dengan kuliah itu baik dari segi penyerapan bahan ajar dan metodenya. Kampus juga secara mandiri telah melakukan survei sederhana terkait pembelajaran itu.
Prof Herri dalam dialog itu juga menyampaikan tentang sistem penerimaan mahasiswa baru di kampus swasta. Menurutnya sistem penerimaan mahasiswa baru di kampus swasta ditentukan oleh kebijakan masing-masing kampus, termasuk tata ujian dan orientasinya nanti.
Walaupun demikian Prof Herri mengajak bagi masyarakat yang tidak diterima di kampus negeri untuk dapat kuliah di swasta. Sebab kata dia, kampus swasta memberikan banyak pilihan program studi yang kadang tidak ada juga di kampus negeri.
Selain itu secara akreditasi kampus pilihan tersebut cukup baik. Meskipun demikian, Prof Herri mengimbau masyarakat untuk memilih kampus mulai dari akreditasi, sistem perkuliahan hingga kejelasan lokasi kuliah.
“Tidak ada salahnya masuk kampus swasta, sebab hampir 60 persen penyumbang mahasiswa terbanyak di Indonesia berasal dari PTS,” ujarnya.
Kemudian terkait kampus merdeka, pihaknya bersama Aptisi tengah menjajaki kerja sama dengan berbagai instansi sebagai “output” penerimaan mahasiswa magang atau kuliah tambahan.
Bukan hanya itu nanti juga akan dijajaki kemungkinan memasukkan ke dalam sistem kredit kegiatan informal mahasiswa di luar lapangan seperti menginput data statistik dan lain sebagainya.
“Intinya kampus merdeka sudah siap dijalankan kampus di Sumbar, implementasinya bergantung kesiapan sumber daya perguruan tinggi tersebut,” ujar Herri.
Sedangkan Herman Nawas memaparkan lebih mengacu kepada stigma ketakutan kampus swasta menerima mahasiswa di tengah Covid-19.
“Tidak perlu takut, sebab ini menjadi kesempatan besar karena kemungkinan orang tua berpikir dua kali mengirim anaknya kuliah di Jawa atau daerah lain melihat kondisi yang miris saat ini,” katanya.
Menyinggung kuliah daring, kampus swasta seperti di Sumbar cukup beragam ada yang kecil, menengah dan besar. Tentu implementasinya berbeda, namun secara adaptasi mulai baik.
Sementara terkait Kampus Merdeka, pihaknya telah menyepakati beberapa kemungkinan pelaksanaan di semester berikutnya.