Ustadz Dr. Syofyan Hadi, SS, M.Ag, MA.Hum kembali menjadi narasumber kegiatan rutin Universitas Baiturrahmah Kajian Dhuha yang dipusatkan di Masjid Baiturrahmah Kampus Aie Pacah Sabtu 2 November 2019.
Dosen UIN tersebut mengambil tema Hal-hal yang dapat menghapus pahala di Akhirat. Yang mana salah satu dikaji yakni fenomena ibadah yang sering dipamerkan.
Fenomena ibadah yang sering dipamerkan ini beberapa waktu terakhir kerap dilakukan masyarakat seiring menjamurnya media sosial secara online.
Seperti yang paling sering ibadah umroh dengan memposting foto pribadi saat di Mekkah atau Madinah, atau postingan status yang menggambarkan tengah melaksanakan ibadah, seperti shalat, membaca Al Qur’an, zakat, sedekah, puasa bahkan ibadah Haji.
Hal ini menjadi sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT karena bukan hanya rusak amal juga akan hilang sebab termasuk dalam perbuatan Ria atau pamer. Tentunya sebagai umat Islam menghindari sifat pamer itu wajib dilakukan, salah satunya membatasi penggunaan ponsel untuk bermedia sosial.
Bila dikaji terkait ibadah oleh manusia ini terdapat tiga perumpamaan yang mendasar. Dan pamer ibadah termasuk kategori pertama, yakni seperti lipstik yang mana ibadah dipamerkan saja namun tidak ada rasanya. Artinya ibadah diceritakan, dipamerkan dan disebut-sebut tapi berniat ria. Nantinya di Akhirat Ibadahnya musnah dan setiap kebaikan menjadi batal.
Kedua seperti susu, kebaikan ditampakkan namun guna memotivasi orang lain beribadah yang sama. Ini dikategorikan baik karena sebagai cara persuasif agar orang lain ikut beribadah.
Yang Terbaik diibaratkan seperti garam, tidak ditampakkan, tidak dikoar-koarkan namun dampak dan hasilnya terasa. Seperti garam yang bila dikocok akan larut yang terasa tinggal asinnya.
Sebagai upaya untuk menghindari ibadah kategori pertama itu yakninya merahasiakan ibadah pribadi kepada orang lain. Seperti jika shadaqah dilakukan sembunyi-sembunyi , shalat tidak perlu diceritakan dan tentunya ibadah tidak perlu diekspos ke media sosial. Kemudian menghindari kemungkinan untuk menceritakan ibadah kepada orang lain, sekalipun itu pengalaman tentang haji dan Umrah.
Selain menyampaikan tidak bolehnya ibadah dipamerkan, hal lain yang menghapus pahala kata Ustadz Syofyan yakni hasad atau iri dan dengki serta takabur.
Salah satu cara untuk menghindari hasad yakni selalu mengucapkan Alhamdulilah setiap rezeki yang diberikan kepada kita dan juga orang lain. Selain itu selalu bersyukur atas kelebihan orang lain dan dijadikan motivasi untuk kemajuan dan kebaikan kita.
Sedangkan untuk menghindari sifat takabur selalu introspeksi dan mengingat bahwa semua yang ada di dunia adalah Kepunyaan Allah dan suatu saat akan kembali kepada Nya. Ada empat hal yang menjadi faktor munculnya takabur yakni harta, wajah, ilmu dan ketaatan. Apabila manusia tidak mampu melewati ujian takabur tersebut, maka Allah akan menghapus semua ibadahnya.
Di akhir tausyiah Ustadz mengajak kepada jamaah untuk “move on” atau hijrah apabila ketiga sifat tersebut telah menjangkiti kita. Tentunya mendekatkan lebih diri kepada Allah dengan selalu menaati Perintah Nya dan menjauh Larangan Nya.
Kegiatan ini dihadiri sejumlah dosen dan tenaga kependidikan Unbrah dan Mahasiswa yang merupakan salah satu kegiatan wajib setiap Sabtu.
Dosen UIN tersebut mengambil tema Hal-hal yang dapat menghapus pahala di Akhirat. Yang mana salah satu dikaji yakni fenomena ibadah yang sering dipamerkan.
Fenomena ibadah yang sering dipamerkan ini beberapa waktu terakhir kerap dilakukan masyarakat seiring menjamurnya media sosial secara online.
Seperti yang paling sering ibadah umroh dengan memposting foto pribadi saat di Mekkah atau Madinah, atau postingan status yang menggambarkan tengah melaksanakan ibadah, seperti shalat, membaca Al Qur’an, zakat, sedekah, puasa bahkan ibadah Haji.
Hal ini menjadi sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT karena bukan hanya rusak amal juga akan hilang sebab termasuk dalam perbuatan Ria atau pamer. Tentunya sebagai umat Islam menghindari sifat pamer itu wajib dilakukan, salah satunya membatasi penggunaan ponsel untuk bermedia sosial.
Bila dikaji terkait ibadah oleh manusia ini terdapat tiga perumpamaan yang mendasar. Dan pamer ibadah termasuk kategori pertama, yakni seperti lipstik yang mana ibadah dipamerkan saja namun tidak ada rasanya. Artinya ibadah diceritakan, dipamerkan dan disebut-sebut tapi berniat ria. Nantinya di Akhirat Ibadahnya musnah dan setiap kebaikan menjadi batal.
Kedua seperti susu, kebaikan ditampakkan namun guna memotivasi orang lain beribadah yang sama. Ini dikategorikan baik karena sebagai cara persuasif agar orang lain ikut beribadah.
Yang Terbaik diibaratkan seperti garam, tidak ditampakkan, tidak dikoar-koarkan namun dampak dan hasilnya terasa. Seperti garam yang bila dikocok akan larut yang terasa tinggal asinnya.
Sebagai upaya untuk menghindari ibadah kategori pertama itu yakninya merahasiakan ibadah pribadi kepada orang lain. Seperti jika shadaqah dilakukan sembunyi-sembunyi , shalat tidak perlu diceritakan dan tentunya ibadah tidak perlu diekspos ke media sosial. Kemudian menghindari kemungkinan untuk menceritakan ibadah kepada orang lain, sekalipun itu pengalaman tentang haji dan Umrah.
Selain menyampaikan tidak bolehnya ibadah dipamerkan, hal lain yang menghapus pahala kata Ustadz Syofyan yakni hasad atau iri dan dengki serta takabur.
Salah satu cara untuk menghindari hasad yakni selalu mengucapkan Alhamdulilah setiap rezeki yang diberikan kepada kita dan juga orang lain. Selain itu selalu bersyukur atas kelebihan orang lain dan dijadikan motivasi untuk kemajuan dan kebaikan kita.
Sedangkan untuk menghindari sifat takabur selalu introspeksi dan mengingat bahwa semua yang ada di dunia adalah Kepunyaan Allah dan suatu saat akan kembali kepada Nya. Ada empat hal yang menjadi faktor munculnya takabur yakni harta, wajah, ilmu dan ketaatan. Apabila manusia tidak mampu melewati ujian takabur tersebut, maka Allah akan menghapus semua ibadahnya.
Di akhir tausyiah Ustadz mengajak kepada jamaah untuk “move on” atau hijrah apabila ketiga sifat tersebut telah menjangkiti kita. Tentunya mendekatkan lebih diri kepada Allah dengan selalu menaati Perintah Nya dan menjauh Larangan Nya.
Kegiatan ini dihadiri sejumlah dosen dan tenaga kependidikan Unbrah dan Mahasiswa yang merupakan salah satu kegiatan wajib setiap Sabtu.